Jumlah Penderita Meningkat, Karolin minta Masyarakat dan Dinas Kesehatan Tak Anggap Remeh DBD

Meningkatnya jumlah kasus penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Landak menyebabkan Bupati Landak, dr. Karolin Margret Natasa meradang. Pasalnya laporan yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan kepadanya terlambat.

Kenapa tidak membuat laporan, Kenapa tidak  menyampaikannya ke saya. Kalau sakit itu hanya dianggap takdir dari Tuhan, ndak usah ada Pemerintah, ndak usah ada program kesehatan. Enggak usah ada yang namanya Puskesmas,” ucap Karolin saat rapat koordinasi Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Aula Kantor Desa Pahauman,  Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak (20/11) Senin.

Raut wajah tegang menyelimuti seiisi ruang rapat. Bupati Karolin yang berdiri didepan menatap satu persatu peserta yang hadir pada rapat itu. Diantaranya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Landak Nuraini Sitinjak, Camat Sengah Temila Ursus, Kapolsek Sengah Temila Hedi Rasa, Pimpinan dan staf di Puskesmas Pahauman, Kades, kadus serta tokoh masyarakat di Desa Pahauman. Suara lantang Bupati millenial itu seakan mengunci perhatian para penyemat logo Bhakti Husada yang hadir pada saat itu.

“Ini yang saya maksud, kita itu biasanya kerja asal-asalan. Koordinasi semua ini ada di kepala, ada dipimpinan apa tugasnya. Apa kerjanya jadi kepala. Mengkoordinasikan, melakukan evaluasi melakukan monitoring. Apa guna itu semua bertingkat-tingkat semuanya ada perangkatnya mulai dari bawah tukang promosi ada, tukang pantau lingkungan ada, kepala puskesmas ada, bagian di Dinas yang mengurus ini ada, Kepala Dinas ada,” tutur Karolin.

Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Landak pada tahun 2017 telah terjadi kasus DBD mencapai 178 dengan 4 korban meninggal dunia, sangat jauh peningkatannya jika dibandingkan tahun 2016 mencapai 72 kasus DBD dengan 2 korban meninggal dunia. Laporan kasus penderita DBD di Puskesmas Pahauman pada tahun 2016 tercatat 5 kasus penderita DBD sedangkan pada tahun 2017 meningkat sebanyak 71 kasus DBD dengan 1 korban meninggal dunia.

“Itulah yang namanya negara itu harus hadir, hadir melalui ibu dan bapak, jangan ndak perduli, tugas dan fungsi kita, tiap bulan terima gaji, tanggung jawab kita kepada masyarakat. Jangan bekalut ngurus Jaspel saja, jangan kalut ngurus dana BOK saja, kalau ngomong insentif biji mata mau keluar. Nah sekarang saya tanya tanggung jawab anda,” imbuh Karolin.

Dokter yang pernah bertugas di Puskesmas Mandor itu meminta kepada seluruh Peserta yang hadir untuk bekerja secara maksimal, memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang abdi negara dan masyarakat bukan sebaliknya menjadi beban bagi masyarakat.

“Jangan sampai menambah beban masyarakat, kita bantu masyarakat kita. Jelaskan kepada mereka seperti ini, ini dan ini penyebabnya. Orang tua yang punya anak disekolah, lihat kondisi sekolahnya. Bantu juga mereka jelaskan. Anak-anak kita diajarkan melakukan kegiatan gotong royong bersih-bersih tidak ada istilah tidak sempat. Ini urusan nyawa,” harapnya.

 

Mantan Anggota DPR RI itu juga berharap agar masyarakat tidak mudah meyepelekan penyakit yang disebabkan oleh Nyamuk Aedes Agyepty tersebut. oleh karena itu, tambah Karolin, dibutuhkan perhatian khusus dalam menangani dampak penyebaran penyakit berbahaya itu.

“Ditempat kita, saking seringnya demam berdarah terjadi dianggap seperti penyakit batuk, pilek dan sakit kepala. Itulah penyakit kita. anggap remeh. mulai saat ini stop anggap DBD itu penyakit yang sepele. Jangan, ini barang mematikan. Memang gejala awalnya hanya demam, tapi ketika sudah masuk pada tahap Preshock dan Shock itu sulit untuk diselamatkan,” tuturnya.

Selain sebagai seorang pimpinan, Karolin yang juga sebagai ibu dari anak-anaknya tentu memiliki kekhwatiran yang sama seperti orang tua lainnya. Sekolah sebagai salah satu tempat bagi anak-anak menghabiskan waktu untuk belajar juga harus mendapat perhatian. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan menerapkan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) harus terus digalakkan. Karolin juga meminta kepada seluruh abdi masyarakat pada bidang kesehatan di Kabupaten Landak untuk lebih berempati terhadap korban DBD serta responsif terhadap perkembangan kasus DBD yang terjadi disekitar wilayah kerjanya.

Anda semua punya keluarga, punya anak. Bayangkan kalau itu keluarga kita. ketika kita harus kehilangan anak, ini sesuatu yang amat sangat berat, trauma luar biasa bagi orang tua. Kita orang tua seharusnya mati duluan dari pada anak kita. ketika kita sebagai orang tua harus menguburkan anak kita, apa rasanya,” tutur Karolin.

Bagikan

Form Penilaian